Tanggal
Praktikum : 08 November 2014
Tujuan Praktikum : Untuk mengetahui
proses pembuatan tape ketan.
A. Landasan
Teori
Dalam arti umum menurut Tarigan (1988) fermentasi dapat
didefinisikan sebagai proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-perubahan
kimia dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang membusukkan
bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung pada macam bahan,
macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau usaha lain yang berbeda dengan
faktor-faktor diatas, misalnya penambahan-penambahan bahan tertentu untuk
menggiatkan fermentasi.
Proses fermentasi tidak hanya menimbulkan efek pengawetan tetapi
juga menyebabkan perubahan tekstur, cita rasa dan aroma bahan pangan yang
membuat produk fermentasi lebih menarik, mudah dicerna dan bergizi (Muhiddin,
2001).
Proses
fermentasi yang terjadi selama pembuatan tape pada dasarnya meliputi empat
tahap penguraian, antara lain sebagai berikut:
1.
Molekul-molekul pati terpecah menjadi dekstrin dan gula-gula
sederhana, proses ini disebut hidrolisis enzimatis.
2.
Gula yang terbentuk akan diubah menjadi alkohol.
3.
lkohol akan diubah menjadi asam-asam organik oleh bakteri Pediococcus
dan Acetobacter melalui proses oksidasi alkohol.
4.
Sebagian asam organik akan bereaksi dengan alkohol membentuk ester
yang memberi cita rasa pada tape (Astawan, 2004).
Aneka bahan pangan yang mengandung karbohidrat dapat diolah menjadi
makanan khas yang disebut tape. Bahan pangan yang umumnya dibuat tape adalah
ubi kayu (singkong), beras ketan putih maupun beras ketan hitam serta sorgum
(Rukmana dan Yuniarsih, 2001). Tape
mempunyai tekstur yang lunak, rasa yang asam manis dan sedikit mengandung
alkohol. Selama fermentasi, tape mengalami perubahan-perubahan
biokimia akibat aktivitas mikroorganisme. Pada dasarnya semua bahan pangan yang
kaya akan karbohidrat dapat diolah menjadi tape. Berdasarkan bahan bakunya,
dikenal berbagai jenis tape, akan tetapi
dewasa ini yang paling popular adalah tape singkong dan tape ketan (Buckle,
1988).
Menurut Tarigan (1998), tape merupakan salah satu jenis makanan
dari hasil fermentasi bahan baku yang diberi ragi sebagai sumber mikrobanya.
Tape sebagai hasil fermentasi menghasilkan alkohol dan gula.
Ragi adalah suatu inokulum atau starter untuk melakukan fermentasi
dalam pembuatan produk tertentu. (Muhiddin, 2001). Mikroba mampu hidup pada
hampir semua tempat dan keadaan serta mampu bertahan dalam berbagai keadaan dan
lingkungan baik pada suhu, tekanan, pH, tingkat osmosis serta keadaan yang
ekstrim (Winarno, 1994).
Diantara
mikroorganisme etanol merupakan produk peragian gula yang paling tersebar luas.
Bahkan pada tumbuh-tumbuhan dan
banyak fungi pada kondisi anaerob terjadi penimbunan alkohol (etanol). Produsen
utama alkohol adalah ragi terutama dari strain Saccharomyces cerevisiae.
Ragi kebanyakan adalah fungi (jamur) merupakan organisme yang bernafas secara
aerob. Dalam lingkungan terisolasi dari udara, organisme ini meragikan karbohidrat
menjadi etanol dan karbondioksida. Peragian glukosa oleh ragi merupakan
peristiwa anaerob, ragi sendiri adalah organisme aerob (Schlegel
dan Schmid,1994).
B. Alat dan Bahan
No.
|
Alat
|
No.
|
Bahan
|
1.
|
Panci berlubang atau bakul nasi
|
1.
|
Beras ketan hitam atau
putih ½ kg
|
2.
|
Panci atau waskom email
|
2.
|
Ragi tape secukupnya
|
3.
|
Dandang atau langseng
|
3.
|
Keler
|
4.
|
Tampah
|
4.
|
Daun pisang, Daun waru,
Daun jambu, Kantung plastik
|
5.
|
Cukil kayu
|
|
|
6.
|
Kipas
|
|
|
Bersihkan beras ketan yang akan digunakan
dari bahan-bahan lain yang tercampur seperti gabah, pasir atau kotoran
lainnya.
|
Rendamlah beras ketan
yang telah dicuci bersih tersebut dalam air dingin selama 12-18 jam
|
Cucilah beras ketan
dengan air bersih, kemudian tiriskan
|
Tiriskan beras ketan
yang telah dibilas, kemudian kukus hingga matang
|
Angkat beras ketan
yang telah matang dan letakkan dalam tampah yang telah disediakan,
kemudian dinginkan dengan cara mengipasinya.
|
Setelah dingin,
campurkan ragi yang telah dihaluskan dan aduklah hingga merata
|
Simpan ditempat yang
aman selama 3-4 hari
|
Bungkuslah ketan yang
telah dicampur ragi dengan daun pisang, atau masukkan ke dalam kantong
plastic atau keler yang bersih
|
D. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
Tape Ketan Hitam
Kelompok
|
Perlakuan
(Media Penyimpanan)
|
Aroma
|
Rasa
|
Tekstur
|
Tingkat
Kematangan
|
1
|
Daun Pisang
|
Khas tape
|
Asam
|
Sedikit lembek
|
Matang
|
2
|
Daun Waru
|
Khas tape
|
Manis-asam
|
Sedikit keras
|
Matang
|
3
|
Daun Jambu Air
|
Khas tape
|
Manis
|
Sedikit keras
|
Kurang matang
|
4
|
Kantung Plastik
|
Khas tape
|
Asam sedikit pahit
|
Lembek
|
Matang
|
Tabel Hasil Pengamatan
Tape Ketan Putih
Kelompok
|
Perlakuan
(Media penyimpanan)
|
Aroma
|
Rasa
|
Tekstur
|
Tingkat
kematangan
|
5
|
Daun pisang
|
Khas tape
|
Manis
|
Lembek
|
Matang
|
6
|
Daun waru
|
Khas tape
|
Asam sedikit pahit
|
Lembek
|
Matang
|
7
|
Daun jambu air
|
Khas tape
|
Manis-asam
|
Lembek
|
Matang
|
8
|
Kantung plastik
|
Khas tape
|
Manis
|
Lembek
|
Matang
|
E. Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara
pembuatan tape ketan dan proses yang terdapat di dalamnya, yaitu proses
fermentasi. Terdapat dua jenis beras ketan, yaitu beras ketan hitam dan beras
ketan putih dan empat jenis media penyimpanan atau pembungkus, yaitu daun
pisang, daun waru, daun jambu air dan kantung plastik yang digunakan dalam
praktikum pembuatan tape ketan ini. Keseluruhan proses praktikum pembuatan tape
ketan ini tidak dikerjakan di laboratorium, tetapi dikerjakan ditempat salah
satu rekan kelompok masing-masing.
Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pada karakteristik
yang pertama yaitu mengenai aroma, antara tape ketan hitam maupun tape ketan
putih seluruhnya memiliki aroma khas tape. Pada karakteristik mengenai tingkat
kematangan pun hampir seluruhnya sama yaitu memiliki tingkat kematangan yang
baik. Hanya tape ketan hitam pada daun jambu air saja yang tingkat
kematangannya kurang. Akan tetapi, pada dua karakteristik selanjutnya yaitu
mengenai rasa dan tekstur terlihat hasil yang beragam, dimana tape ketan hitam dengan
media penyimpanan atau yang dibungkus dengan daun pisang memiliki rasa asam
dengan tekstur sedikit lembek, sedangkan tape ketan hitam yang dibungkus dengan
daun waru memiliki rasa yang manis-asam dengan tekstur sedikit keras.
Selanjutnya yaitu pada tape ketan hitam dengan media penyimpanan berupa daun
jambu air memiliki rasa yang manis tetapi teksturnya sedikit keras, dan tape
ketan hitam yang dibungkus dengan kantung plastik memiliki rasa asam sedikit
pahit dengan tekstur yang lembek. Berbeda halnya dengan hasil pada tape ketan
hitam, pada tape ketan putih ini walalupun beragam media pemyimpanannya tetapi
memiliki tekstur yang seragam yaitu lembek. Dalam hal rasa, tape ketan putih
dengan media penyimpanan atau yang dibungkus dengan daun pisang memiliki rasa
manis, sedangkan tape ketan putih yang dibungkus dengan daun waru memiliki rasa
asam sedikit pahit. Selanjutnya yaitu tape ketan putih dengan media penyimpanan
atau pembungkus berupa daun jambu memiliki rasa manis-asam, dan tape ketan
putih yang dibungkus dengan kantung plastik memiliki rasa manis.
Telah diketahui bahwa sebelum fermentasi, beras ketan (hitam
maupun putih) masih berbentuk seperti beras pada umumnya. Namun, setelah
mengalami fermentasi, beras ketan tersebut mengalami perubahan bentuk dan
menghasilkan air yang mengandung alcohol serta menimbulkan rasa asam dan manis.
Kondisi tersebut disebabkan karena pada beras ketan diberikan ragi yang
merupakan mikroorganisme yang berfungsi mengubah glukosa menjadi alcohol dan
menghasilkan air.
Pada awal pembuatan tape ketan ini, beras ketan dicuci
bersih terlebih dahulu lalu direndam lebih kurang 12-18 jam agar kulit tipis
pada beras ketan terkelupas dan air dapat meresap masuk lalu menyebabkan massa
beras ketan bertambah sehingga lebih mudah dalam proses selanjutnya pengukusan.
Setelah dikukus, beras ketan di angin-anginkan atau di dinginkan terlebih
dahulu sebelum pada akhirnya diberi ragi. Hal ini dilakukan agar ragi bekerja
dengan baik, karena pada ragi tersebut terdapat beragam mikroorganisme seperti
khamir, kapang dan bakteri yang dapat hidup pada kondisi suhu optimum.
Setelah dingin, beras ketan tersebut lalu ditaburi ragi secara
merata dengan takaran sebanyak 1/3 ragi untuk ½
kg beras ketan. Ragi ini
merupakan inokulum yang ditambahkan ke dalam suatu substrat, dalam hal ini
yaitu beras ketan, sehingga substrat tersebut akan berubah, atau mengalami
fermentasi. Langkah selanjutnya yaitu beras ketan yang telah diberi ragi lalu
dimasukkan dan dibungkus kedalam media penyimpanan, yaitu daun pisang, daun
waru, daun jambu air maupun kantung plastik.
Kembali ke hasil pengamatan yang ternyata
memiliki hasil yang beragam ini dapat disebabkan karena beberapa hal. Diantaranya
disebabkan faktor substrat dalam proses fermentasi, dalam hal ini yaitu tape
ketan yang digunakan, dimana terdapat dua jenis beras ketan yang digunakan. Pada
hasil pengamatan terlihat bahwa antara tape ketan hitam dan tape ketan putih,
tekstur tape ketan putih cenderung lebih lembek. Hal ini disebabkan karena tekstur
beras ketan putih lebih tipis dibandingkan dengan beras ketan hitam yang
cenderung lebih tebal. Sehingga tidak heran pada hasil praktikum ini, tape
dengan menggunakan beras ketan putih hasilnya lebih enak.
Selain faktor substratnya, faktor media
yang digunakan pun sangat mempengaruhi. Dari literature diketahui bahwa daun memang sudah lama
dimanfaatkan sebagai pembungkus untuk makanan. Sebagai bahan makanan
tradisional, tape secara alami dibungkus menggunakan bahan-bahan alami seperti
daun-daunan contohnya daun pisang, daun waru dan daun jambu air. Alasan daun
pisang digunakan sebagai pembungkus atau kemasan yaitu karena sifat kelenturan
daun pisang yang mudah dibentuk sebagai pembungkus/ pengemas. Selain itu daun
pisang mengandung polifenol dalam jumlah besar seperti pada daun teh sehingga mengandung
antioksidan dan menghasilkan aroma khas, tidak berbau tengik, menghambat
pertumbuhan bakteri lain, akan lebih memaksimalkan proses fermentasi. Sedangkan
penggunaan daun waru adalah karena dapat mengurangi kadar alcohol pada produk
yang dibuat tape ketan.
Berdasarkan literature pula dikatakan bahwa
molekul kecil pada kemasan plastik
yang digunakan untuk membungkus tape ketan dikhawatirkan akan bermigrasi ke
dalam bahan makanan yang dikemas dimana hal ini dapat menyebkan cepatnya
pembusukkan tape ketan. Namun hal ini kurang sesuai dengan hasil tape ketan pada praktikum
kami, dimana justru tape ketan putih pada praktikum ini yang dibungkus dengan
menggunakan kantung plastik merupakan salah satu tape yang terkategori enak
selain tape ketan putih yang dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Selain faktor-faktor tersebut, aroma, rasa, tekstur dan tingkat kematangan yang berbeda dapat juga disebabkan karena perbedaan takaran
ragi atau dikarenakan faktor teknis lain.
F. Pertanyaan dan Jawaban Diskusi
1.
Apa fungsi perendaman selama 12-18 jam sebelum beras ketan
dikukus?
Jawab:
Fungsi perendaman selama 12-18 jam adalah
untuk menambah massa ketan (agar ketan mengembang) dan ketan tidak terlalu keras, dimana hal
ini juga membantu proses selanjutnya yaitu pengukusan. Oleh
karena itu, pada saat sesudah fermentasi ketan menjadi lunak.
2.
Mengapa pemberian ragi harus dilakukan setelah ketannya
dingin?
Jawab:
Pendinginan ini bertujuan agar suasana ketan yang akan
diberi ragi tidak lembab dimana masih terdapat uap-uap air setelah proses
pengukusan sehingga tidak mudah terkontaminasi mikroorganisme yang tidak
diinginkan yang dapat menyebabkan tape tersebut rusak atau gagal. Selain itu
juga bertujuan agar ragi dapat bekerja dengan baik yaitu pada kondisi suhu optimum
yang tidak terlalu panas (hangat).
3.
Mengapa asal ragi dapat menentukan kualitas tape yang
dihasilkan?
Jawab:
Asal
ragi tentu saja dapat menentukan atau memiliki pengaruh terhadap kualitas tape
ketan yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan pada ragi tersebut terdapat
mikroorganisme-mikroorganisme, yaitu kapang Amylomyces
rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.;
khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis
malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae,
dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus sp.
dan Bacillus sp., dimana kapang, khamir dan bakteri ini ketika akan
digunakan dalam pembuatan tape harus dalam keadaan steril sehingga tidak ada
peluang bagi mikroorganisme lain untuk ikut andil dalam proses fermentasi
sehingga pada akhirnya proses fermentasi berjalan maksimal dan tape yang
dihasilkan berkualitas baik.
4.
Adakah hubungan antara jumlah ragi dengan kecepatan
fermentasi?
Jawab:
Iya ada, dimana semakin banyak jumlah ragi yang diberikan,
maka proses fermentasi akan berjalan lebih cepat dan menyebabkan rasa tape
menjadi sangat masam atau pahit, sedangkan jika
jumlah ragi yang diberikan sedikit maka proses fermentasi cenderung akan
berlangsung lambat dan dapat menyebabkan tape yang terbentuk tidak manis dan
terasa keras.
5.
Buatlah kesimpulan berdasarkan hasil praktikum?
Jawab:
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan tersebut diatas
dapat simpulkan bahwa tape ketan merupakan salah satu produk dari bioteknologi
konvensional karena menggunakan ragi sebagai inokulum yang ditambahkan ke dalam
suatu substrat, dalam hal ini yaitu beras ketan, sehingga substrat tersebut
akan berubah, atau mengalami fermentasi. Aroma, rasa, tekstur dan tingkat
kematangan yang berbeda disebabkan karena perbedaan beras ketan, takaran ragi
dan media penyimpanan atau pembungkus yang digunakan, atau dikarenakan faktor
teknis lain. Tape ketan putih lebih baik dibandingkan dengan tape ketan hitam,
dan tape ketan putih yang dibungkus dengan kantung plastic dan daun pisang
menunjukan hasil yang lebih baik dan lebih enak dibandingkan dengan yang
dibungkus dengan daun jambu air maupun daun waru.
6.
Kesulitan dan kendala apa yang dihadapi saat praktikum?
Jawab:
Tidak banyak kendala atau kesulitan ketika kami akan
melakukan praktikum pembuatan tape ketan ini. Hanya saja kelompok kami
terkendala dalam mencari dan mendapatkan daun waru yang digunakan sebagai
pembungkus dari tape ketan hitam kami.
H. Daftar Pustaka
Muhiddin, N.H.
dan Nuryati J. 2001. Peningkatan Kandungan Protein Kulit Ubi Kayu Melalui
proses Fermentasi. Vol. 6. No.1 [Diakses: 09 November 2014]
Rukmana dan
Yuniarsih. 2001. Aneka Olahan Ubi Kayu. Kanisius: Yogyakarta
Schlegel, Hans
dan Schmid, Karin. 1994. Mikrobiologi Umum. UGM Press: Yogyakarta
Tarigan,
Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Perguruan Tinggi: Jakarta
Winarno, F.G.
1994. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta
cara membuat tapenya lumayan gampang ya sebenernya mbak
BalasHapusthanks for ur informations.. :D
BalasHapussy buat tape ketan uk 1/2kg dg 2 bh ragi hslnya asam bagaimana spy tape jetan hitamnya nanis dan tahan brp lm
BalasHapusinfo yang sangat bagus
BalasHapusEMI
Kalo pake beras bisa kah
BalasHapus